23 October 2011

BEWARE ! JANGAN MENIUP MAKANAN ATAU MINUMAN ADA TERSEMBUNYI BAHAYANYA.

Seringkali kita melihat, seorang Ibu ketika menyuap anaknya makanan yang masih panas, dia meniup makanannya lalu disuapkan ke anaknya. Bukan cuma itu, bahkan orang dewasa pun ketika minum teh atau kopi panas, sering kita lihat, dia meniup minuman panas itu lalu meminumnya.

Benarkan cara demikian?

Cara demikian tidaklah dibenarkan dalam Islam, kita dilarang meniup makanan atau minuman.Sebagaimana dalam Hadits Ibnu Abbas menuturkan "Bahwasanya Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam melarang bernafas pada bejana minuman atau meniupnya". (HR. At Turmudzi dan dishahihkan oleh Al-Albani).

Awalnya saya tidak mengetahui hikmahnya, bagi saya pribadi, ketika datang hadits pada saya mengenai suatu hal, maka semampunya cuba saya lakukan, walaupun saya belum tahu hikmahnya, dan sebenarnya memang tidak harus tahu. Begitu juga ketika saya pertama kali mendengar hadits ini, saya hanya berusaha mengamalkan saja, bahwa kita dilarang meniup makanan atau minuman. Dan alhamdulillah ketika tadi coba browse ke internet, ternyata dari salah satu Majlis Kimia di Indonesia, ada yang menjelaskan secara teori bahwa:apabila kita hembus napas pada minuman, kita akan mengeluarkan CO2 yaitu carbon dioxide, yang apabila bercampur dengan air H20, akan menjadi H2CO3 (asam karbonat), aitu sejenis dengan cuka, menyebabkan minuman itu menjadi acidic . Ini membahayakan tubuh kita. Dan saya ingat juga bahwa Rasulullah SAW menyuruh kita ketika minum seteguk demi seteguk, jangan meneguk satu gelas sambil bernapas di dalam gelas, hal ini juga dilarang, ternyata saya baru tahu sekarang hikmahnya, bahwa ketika kita minum banyak, maka ada kemungkinan kita akan bernapas di dalam gelas, yang akan menyebabkan reaksi kimia seperti di atas.

Ulasan yang saya sampaikan, mungkin bukan hikmah keseluruhan, kerana Ilmu Allah tentu lebih luas dari ilmu manusia, mungkin jadi itu adalah salah satu hikmah dari puluhan hikmah lainnya yang belum terungkap oleh manusia.Kewajiban kita hanyalah mendengar dan menta'atiNya Perkara hikmah apa yang ada dalam larangan itu, urusan belakangan. Yang penting kita sudah mencoba mentaatiNya Wallahu A'lam.

No comments:

Post a Comment